Minggu, 07 Agustus 2011

REFLEKSI SANGGAR TARI SEKAR DEWATA

Pendahuluan
Perjalanan waktu tanpa terasa telah membawa keberadaan Sanggar Tari Sekar Dewata di penghujung tahun 2010. Padahal sepertinya baru beberapa saat aktivitas kegiatan yang dilangsungkan, dan belum banyak yang bisa dilakukan. Apalagi ketika mengharapkan suatu hasil, tentulah masih jauh.
Di rentang waktu 2001 sampai paruh terakhir tahun 2010 ini, banyak hal yang telah dilalui, dan itu ternyata belum mampu mendewasakan, apalagi memberikan entri point bagi Sanggar Tari Sekar Dewata. Namun demikian yang perlu menjadi catatan adalah sudah jelas sebuah proses berkesenian selalu ingin dihidupkan dan dirasakan bersama oleh segenap warga atau anggota Sanggar Tari Sekar Dewata.
Untuk mendapatkan gambaran kemana arah ataupun visi dan misi yang diusung oleh Sanggar Tari Sekar Dewata, ada baiknya kita coba kembali meretas ke belakang seperti apa perjalanan Sanggar Tari Sekar Dewata dan sekaligus dinamika seperti apa yang bisa di rekam dari perjalanan kreatif tersebut.
AWAL BERDIRINYA SANGGAR TARI SEKAR DEWATA
Setiap perkumpulan atau organisasi tidak bisa dipungkiri mempunyai sejarah yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Demikian pula halnya dengan Sanggar tari Sekar Dewata. Sebagai sebuah wadah seni yang mengutamakan bidang pembinaan keberadaan Sanggar Tari Sekar Dewata tidak bisa dilepaskan dari sosok Ketut Gede Bendesa, seorang lulusan perguruan tinggi seni ( ISI Jogyakarta ). Sebagai seorang lulusan sekolah seni, sosok Ketut Bendesa pada awalnya bisa disebut menjadi gambaran bagaimana produk akademis dengan pemikiran idealisme, memandang kesenian sebagai satu bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan social masyarakat. Tentunya dengan penyerapan pengetahuan yang di dapat di bangku kuliah disadari atau tidak dituntut untuk bisa mengaplikasikan pengetahuannya tersebut di tengah masyarakat.
Pada umumnya orang, atau lazimnya seorang lulusan perguruan tinggi, dunia kerja sudah menjadi kewajiban untuk ditelusuri. Mencoba peruntungan dalam meraih kue kesempatan kerja bisa dikatakan di era 90an ke atas sudah sedemikian ketatnya. Gelar sarjana bukanlah segala-galanya. Dibutuhkan suatu terobosan atau revolusi berpikir dari individu jika ingin tetap eksis dan berperan ,baik untuk dirinya sendiri maupun bagi masyarakat sekitarnya.
Disinilah Ketut Bendesa ditantang untuk bisa menempatkan dirinya. Berbekal ijasah Sarjana Seni, ditambah dengan pengalaman yang didapat selama masa kuliah di Jogyakarta, disadari atau tidak telah mampu memberikan sedikit perubahan pola berpikir dalam memandang dunia kerja. Disaat orang lain sibuk berpikir untuk melamar kerja di suatu perusahan atau ikut mencari peruntungan di dunia Kepegawaian yang setiap tahun di buka oleh pemerintah, Ketut Bendesa ternyata sama sekali tidak tertarik untuk ikut berebut peluang tersebut. Sebenarnya disini bisa di pertanyakan apakah ketidak ikutan tersebut sebagai sebuah protes terhadap system atau hal tersebut merupakan satu pilihan, karena biasanya orang seni susah untuk beraktifitas dengan pola waktu yang tetap. Ternyata setelah diresapi kedua hal diatas masing masing memiliki kebenarannya. Walaupun demikian pilihan haruslah tetap diambil.
Dengan bermodalkan pengalaman yang dimiliki Ketut Bendesa memberanikan diri untuk membuka sebuah Sanggar Tari yang dikemudian hari menjadi tempatnya untuk beraktifitas dan menuangkan ide maupun kreatifitasnya.
Sanggar tersebut di beri nama Sanggar Tari Sekar Dewata. Secara jujur diungkapkan pemilihan nama tersebut tidaklah didasarkan pada suatu pemaknaan yang rumit, namun tercetus begitu saja.Tapi dalam perjalanan selanjutnya pemaknaan yang muncul dibiarkan mengalir yang disesuaikan dengan proses kreatif dalam dunia kesenian tersebut.
Tanggal 11 April 2001 adalah tanggal dimana keberadaan Sanggar Tari Sekar Dewata dimantapkan. Lazimnya masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu dimana ketika mengawali sesuatu selalu memohon berkat dan ijin secara ritual, inipun dilakukan dengan harapan agar keberadaan Sanggar Tari Sekar Dewata bisa memberikan manfaat yang maksimal baik pada individu yang terlibat didalamnya maupun kepada masyarakat lainnya.
Dengan menggunakan tempat latihan berukuran 6 m X 8 m yang dibangun beratapkan asbes dan tanpa dinding, mulailah Ketut Bendesa membenamkan dirinya di ranah pembinaan seni tari bagi anak-anak. Saat itu fasilitas yang dimiliki barulah tempat latihan dan 1 alat pendukung latihan yang berupa Tape Recorder dan beberapa kaset-kaset tari.

VISI DAN MISI SANGGAR TARI SEKAR DEWATA
Sebagai sebuah wadah atau organisasi untuk memberikan pembinaan seni kepada anak-anak, sebuah program akan menjadi jelas dan teraarah ketika visi dan misi dari organisasi tersebut bisa dipahami. Ibaratkan sebuah kendaraan bermotor keberadaan visi dan misi itu diumpamakan sopir yang mengarahkan kemana kendaraan tersebut akan dibawa.
Pada umumnya sebuah sanggar tari, dengan mudah dapat dipastikan kegiatan utama yang dijalankan adalah pelatihan tari. Demikian pula halnya dengan sanggar Tari sekar Dewata, kegiatan utama yang dilakukan adalah memberikan pelatihan seni tari kepada anak-anak maupun remaja.
Sekilas memang tidak jauh berbeda dengan sanggar yang ada, namun seiring waktu perjalanan waktu, Ketut Bendesa sebagai pencetus dan sekaligus pembina sanggar merasa perlu melakukan suatu program tari yang lebih terarah. Hal ini akan bisa dicapai tentunya dengan memiliki pemikiran dan konsep yang terangkum dalam bentuk visi dan misi sanggar.

Visi Sanggar Tari Sekar Dewata

1. Membangkitkan dan menumbuh kembangkan rasa cinta pada seni tradisional
Hal ini dirasa penting, dikarenakan di era globalisasi dengan akses informasi yang begitu pesat, sangatlah mudah pengaruh modern itu meresap pada setiap individu. Dapat dipastikan hal ini berimbas pada perubahan pola pikir pada sesuatu yang berbau tradisi.
2. Membangkitkan kreatifitas seni bagi anak- anak
Sebagai aset masa depan daya kreatifitas pada anak-anak perlu ditumbuhkan
sejak dini. Tidak saja pada bidang seni kreatif itu bisa bermanfaat, namun juga dalam
menghadapi tantangan hidup lainnya di masa dewasa .
3. Pelestarian seni budaya daerah agar tidak cepat punah
Pelestarian tentunya menjadi sesuatu yang wajib dilakukan oleh semua individu,
Sebagai suatu upaya untuk tetap bisa melihat, menikmati dan mempelajari seni budaya
Warisan para leluhur.
4. Membuka kesempatan bagi para penyandang cacat untuk mencoba berolah seni
Dengan pemikiran bahwa seni itu bisa dilakukan oleh siapa saja, maka dipandang perlu untuk memberikan materi seni itu kapada orang cacat, agar mereka tetap memiliki rasa percaya diri dan berada dalam posisi yang sama dengan orang normal

Misi Sanggar Tari Sekar Dewata
1. Memberikan pelatihan tari tradisional maupun modern kepada seluruh anggota termasuk untuk anak anak penyandang cacat bisu tuli Sanggar Tari Sekar Dewata
2. Menjadikan Sanggar Tari Sekar Dewata sebagai salah satu tempat alternative dalam Melakukan aktifitas berkesenian baik itu oleh masyarakat umum maupun anak-anak.
3. Sebagai wadah untuk menuangkan rasa kreatifitas berkesenian.




Program Pengembangan dan Pelatihan Tari di Sanggar Tari Sekar Dewata
Program Pengembangan
Keberadaan sebuah sanggar tari ditengah-tengah masyarakat, akan tetap bisa eksis atau akan mampu tetap menjalankan aktfitasnya secara berkesinambungan jika mempunyai suatu program pengembangan yang jelas dan terarah. Hal ini dirasa penting, karena di era globalisasi ini sebuah konsep dan perencanaan yang matang sangat diperlukan sebagai antisipasi dalam menjawab tantangan dan tuntutan dari para pengguna jasa secara khusus maupun bagi masyarakat umum.
Suatu program pengembangan dapat diartikan sebagai upaya sebuah sanggar untuk selalu bisa meningkatkan daya saing sekaligus sebagai upaya manjawab tantangan jaman, ketika dikaitkankan dengan upaya pelestarian seni dan budaya.
Sanggar Tari Sekar Dewata yang berkecimpung dalam pendidikan seni tradisional maupun modern, secara berkesinambungan berupaya maksimal dalam meningkatkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki, baik itu potensi anak didik maupun potensi para pengajar tari.
Dalam program pengembangan ini Sanggar Tari Sekar Dewata membaginya dalam 2 bidang yaitu:
• Program Pengembangan Fisik
Program ini menitik beratkan pada pengembangan dibidang sarana dan
prasana yang meliputi:
1. Perbaikan studio latihan, yang sementara ini dengan luas studio latihan 9m x 8m.
2. Menambah koleksi busana tari agar dalam pelaksanaan kegiatan tidak terlalu banyak menyewa.
3. Menambah sarana berupa alat peraga dalam menunjang kegiatan kreatifitas, selain menari.

• Program Pengembangan Non Fisik
Program pengembangan ini lebih menitik beratkan dalam pengembangan SDM yang terdapat di Sanggar Tari Sekar Dewata
1. Mengadakan workshop untuk para pelatih tari
2. Memberikan pelatihan dalam bentuk kreatifitas kepada anak-anak
3. Mengadakan kegiatan kunjungan maupun latihan bersama dengan sanggar lain maupun dengan seniman senior

Sekar Dewata Art Community

Sekar Dewata Art Community